Kamis, 27 Januari 2011

Menjelajahi Nyanyian Gemericik Air


36 Jam menyusuri Batang Asam


Jam 06.20 perjalanan dari Muara Bungo diawali menuju perbatasan Sumbar - Jambi dengan mobil 4 x4, pagi itu jalan trans sumatera masih lengang sehingga kenderaan dapat dipacu lebih cepat. Tiga puluh menit meninggalkan Muara Bunggo tepat km 44 dari Muara Bunggo kenderaan keluar dari jalan trans sumatera menuju kearah barat. Jalan licin dan berlumpur mulai di tempuh.Jalan tanah berlumpur dan sesekali ditemui jalan curam dan licin harus dilalui membuat berkenderaan harus ekstra hati hati. Jalan ini adalah jalan bekas transport loging yang dulu pernah di eksploetasi di daerah ini. Di kiri kanan jalan hutannya telah habis dibabat dan berganti dengan tanaman karet dan sawit rakyat serta perusahaan perkebunan. Di kejauah mulai terlihat puncak Gunung Kerinci bergandengan dengan puncak Gunung Tujuh. Sungai yang akan di kunjungi memang terletak diantara kedua gunung tesebut terletak di dalam kawasan Taman Nasional Kerinci Sei Belat(TNKS).


Dari cerita yang didengar sungai ini sangat bagus untuk melakukan arung jeram,karena banyak memiliki air terjun dan riam. Dan menurut cerita bahwa hulu sungai ini tidak diketahui karena hulu sungai merupakan sungai bawah tanah yang sumber airnya dari bocoran Danau Gunung Tujuh. Karena sungai ini terletak di kawasan taman nasional bisa dipastikan hutan disekitar sungai adalah hutan primer. Tujuan paling utama menyusuri sungai ini sebenarnya karena ada sumber imformasi mengatakan bahwa pingiran sungai merupakan karang terjal dan curam yang merupakan habitat dari kambing hutan yang sangat langka. Tergelitik keingintahuan untuk mengintip keberadaan hewan tersebut, sekaligus mencoba berjalan kaki menyusuri sungai sambil menikmati lebatnya hutan TNKS dan kembali ke hilir dengan berarung jeram. Tiga jam berkenderaan di jalan tanah yang licin dengan jarak tempuh 65 km akhirnya sampai di pinggiran kawasan TNKS. Pada titik ini kenderaan harus ditinggalkan karena jalan sudah tidak ada. Perjalanan dilanjutkan kembali dengan jalan kaki menuju kawasan TNKS. Berjalan kaki sejauh 4 km lewat jalan setapak bekas pencari rotan di dalam lebatnya hutan TNKS akhirnya sampai juga di pinggir sungai yang di tuju. Perjalanan melewati ini semua memang melelahkan,namun setiba di pingir sungai letih yang dialami terasa terbayar karena ke asrian dan keindahan sungai ini.


Segera kulepas ransel dan barang lain kuletakan di bebatuan di pinggir sungai. Sambil terburu-buru aku lepas boot yg menempel di kaki ku dan berlari kedalam sungai. Kupilih batu kering yang muncul di permukaan air untuk duduk sembari merendam kaki ku dalam air sungai. Ahh.... Jernih dan sejuk air sungai ini. Aku basuh wajahku dengan air sungai untuk membersihkan keringat waktu berjalan kaki tadi. Sembari kududuk menikmati suara kecipak air yang mengalir bagai simponi alam. Waw... tiba tiba aku terkejut merasakan cubitan halus di kakiku. Hah.... ternyata kerumunan anak anak ikan disekitar kakiku sangat banyak. Aku takjub,... alangkah lestarinya sungai ini.


Sedang asyik asyik aku mencoba menangkap anak ikan yang mendekat ke kakiku, teman tiba tiba teriak... "hati-hati mungkin akan banjir karena di hulu mendungnya pekat." Aku coba masukan telingaku kedalam air, terdengar dentingan bebatuan beradu. Aku buru buru keluar dari sungai. Dan ternyata benar tidak beberapa lama banjir pun tiba. Karena sungai banjir dan hari juga sudah sore maka kami mendirikan tenda. Untung sebelum banjir tiba teman sudah mengisi jerigen air bersih untuk memasak.Sore ini kami habiskan waktu memancing ikan untuk teman makan. Wahh... terbersit di benak ku ikan bakar dengan sambal cabai... pasti enak.



Pagi ini cuaca cerah setelah malam tadi diguyur gerimis. Kami mempersiapkan perbekalan dan alat alat yang di perlukan dalam menyusuri sungai ini. Perjalanan kami awali dengan menyusuri daerah aliran sungai. Dalam perjalanan kami mencatat dan mendokumentasikan jenis-jenis flora dan fauna yang kami temui. Kegiatan pencatatan ini sebenarnya sebagai kegiatan tambahan untuk mengetahui dominasi jenis flora yang tumbuh di hamparan Daerah Aliran Sungai dan habitat fauna yang hidup di pinggiran sungai ini. Spot spot yang indah di daerah pinggiran sungai ini tak lupa juga kami dokumentasikan.


Di awal perjalanan menapaki pinggiran sungai ini masih terasa tidak terlalu berat namun semakin mendekati kaki gunung tujuh, kami semakin sulit menapaki pinggiran sungai ini, karena pinggiran sungai relatif berkarang dan sangat curam. Bebatuan koral yang ada relatif tajam dan licin ber lumut.


Empat jam menyusuri sungai ini kami harus istirahat karena medanya yang semakin ekstrim. perjalanan harus lebih hati hati dan semakin lambat. Sungai lebih banyak di temui riam bahkan air terjun dengan bebatuan yang lebih besar dan licin. Kami berharap saat kami memasuki pinggiran sungai yang terjal dan berkarang kami dapat menemui atau mengintip fauna kambing hutan yang menjadi tujuan utama.





Namun sampai saat ini kami belum menemui fauna tersebut. Fauna yang kami temui selama perjalanan ini yakni biawak, ular, kancil, rusa, kera, monyet, beruang, jejak kaki harimau sumatera dan jejak kaki gajah di pasir pinggir sungai. Namun yang paling menyenangkan kami sangat banyak menemui jenis burung yang berbulu indah dan yang berkicau. Aku juga tidak memahami jenis burung tesebut.


Perjalanan kami lanjutkan hingga sore dan hanya dapat berjalan beberapa km karena keadaan pinggiran sungai yang sangat terjal dan berbahaya. Kondisi ini membuat kami pupus harapan menemui habitat kambing hutan yang menjadi tujuan utama.Disamping peralatan keamanan tidak lengkap dan mencukupi membuat kami mengurungkan niat lebih naik ke kaki gunung tujuh, karena tebing karang yang lebih terjal dan sangat tinggi. Kami sangat yakin tebing karang tersebut habitat dari kambing hutan tersebut. Karena malam pun tiba kami berhenti malanjutkan perjalanan ini dan mendirikan tenda untuk bristirahat. Besok pagi hari pasti kami harus menguras tenaga untuk turun kembali dimana perjalanan ini kami awali.

Sangat disayangkan di sini tidak dapat aku bagikan dokumentasi fauna yang ada karena rusak saat turun kembali.
Namun dari semua itu sebenarnya Aku menghimbau..... MOHON KITA PERTAHANKAN DAN KITA JAGA ALAM KITA YANG SANGAT INDAH INI
LESTARILAH ALAM INDONESIA.